Recent Posts

Minggu, 14 Oktober 2012

ASMA

Penyakit Asma Bronkial

Asma adalah suatu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang disebabkan oleh alergi. Gejalanya seperti sesak napas, sulit menarik dan mengeluarkan napas, kadang disertai dengan bunyi mengik dan batuk yang disebabkan gangguan kontraksi (penyempitan saluran pernapasan).
Serangan asma pada anak biasanya diawali dengan adanya gejala eksim dan rinitis atau elrgi yang sering terjadi pada masa bayi. Faktor yang merangsang timbulnya asma adalah alergen fisik, kimia, dan infeksi yang masuk ke saluran pernapasan. Misalnya debu, perubahan iklim, uap, bahan kimia, dan saluran pernapasan akibat bakteri yang merupakan antigen. Selain itu, asma bronkial sangat erat kaitannya dengan faktor kturunan (genetik). Anak yang memiliki orangtua penderita asma akan memiliki kemungkinan menderita asma sekita 50%.
Faktor lain yang lebih kecil jumlahnya adalah faktor psikis (kejiwaan). Seperti telah dijelaskan diatas, alergi terjadi akibat adanya rekasi alergen terhadap antbodi (IgE pada orang yang menderita alergi) sehingga terjadi pelepasan histamin yaitu zat yang menyebabkan penyempitan atau pembengkakan pada dinding saluran pernapasan. Akibatnya produksi lendir berlebihan dan terjadi gangguan pernapasan.

Penyebab asam baronkial pada anak adalah :
  1. Debu didalam rumah, seperti debu masuk dari kasur kapuk, permadani, sofa, pakaian yang disimpan lama dalam lemari, langit-langit rumah, buku-buku (arsip lama) dan asap rokok.
  2. Makanan, terutama jnis ikan laut, susu sapi, telur dan cokelat. Juga makanan pedas, dingin, bergetah, asin, atau manis,
  3. Bulu binatang yang menempel di sofa, permadani, sprei, atau tirai (kelambu)
  4. Perubahan cuaca dan kelembapan udara.

Terapi Asma Akut

Terapi serangan asma akut dapat dilakukan dengan terapi dibawah ini
Serangan Ringan :
  • Tanda dan gejala aktivitas dan bicara masih normal, denyut nadi <100 menit (APE >60%)
  • Terapi pilihan: Agonis beta 1 isap (MDI) 2, boleh diulang 1 jam kemudian atau setiap 20 menit dalam satu jam.
  • Terapi alternatif : Agonis beta 2 oral dan/ atau 3×1 tablet (2 mg) atau teofilin 75-150 mg. Lama pemberian disesuaikan dengan kebutuhan.
Serangan sedang
  • Tanda dan gejala : hanya mampu berjalan dekat, bicara dengan terputus-putus, denyut nadi 100-120/ menit (APE 40-60%)
  • Terapi pilihan : Agonis beta 2 nebulisasi 2,5-5 mg, boleh diulang sampai 3 kali dalam 1 jam pertama dan dilanjutkan setiap 1-4 jam kemudian.
  • Terapi alternatif : Agonis beta 2 suntik im atau adrenalin sub kutan, atau teofilin iv 5 mg/kg B, perlahan. Atau bisa juga steroid iv/kortison 100-200 mg, deksametason 5 mg im. Berikan juga oksigen 4 liter/menit.
Serangan berat
  • Tanda dan gejala ; sesak pada istirahat, bicara terputus-putus, denyut nadi >120/ menit (APE 40% atau 100 liter/menit)
  • Terapi pilihan : Agonis beta 2 nebulisasi 2, 5-5 mg, boleh diulang hingga 3 kali dalam 1 jam pertama dan dapat dilanjutkan setiap 1-4 jam kemudian. Bisa pula diberikan steroid iv dan infus, atau Agonis beta 2 sk/iv setiap 6 jam. Berikan juga oksigen 4 liter/menit. Pertimbangkan pemberian Ipratopium bromide 20 tetes secara nebulisasi.
Serangan yang mengancam jiwa
  • Tanda dan gejala : kesadaran turun. kelelahan, sianosis (sesak napas berat, kulit kebiruan), napas berhenti.
  • Terapi pilihan : dilanjutkan terapi dengan Agonis beta nebulisasi 2,5-5 mg, boleh diulang sampai 3 kali dalam 1 jam pertama dan dapat dilanjutkan setiap 1-4 jam kemudian. Dapat pula diberikan steroid iv dan infus atau Agonis beta 2 sk/iv setiap 6 jam. pertimbangkan untuk memberikan Ipratropium bromide 20n tetes secara nebulisasi. Pertimbangkan untuk melakukan bantuan napas dengan intubasi serta ventilasi mekanik. Pertimbangkan pembiusan/ anetresi umum untuk terapi pernapasan intensif.

Pengobatan Penyakit Asma

Obat-obatan bisa membantu penderita asma menjalai kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan. Hasil pengobatan terbaik untuk pengobatan jangka panjang dapat dicapai melalui penggunaan obat serta mengindari alergen dan faktor pencetus serangan.
Tujuan pemberian obat untuk melebarkan saluran napas dengan cara melemaskan otot polos, mengurangi pembengkakan saluran napas serta mengencerkan riak yang kental sehingga mudah dikeluarkan. Pengenceran riak juga dapat dilakukan dengan banyak minum. Dapat disampaikan disini bahwa obat asma pada dasarnya terdiri dari dua jenis yaitu pelega (reliever) dan pengontrol (controller). Kerja obat pelega adalahmembuat saluran napas yang menyempit menjadi lebar kembali, dan obat ini disebut bronkodilator. Penyempitan saluran napas inilah yang menyebabkan pasien asma mengeluh mengalami sesak napas.
Terapi awal asma 

  • Berikan oksigen sebanyak 4-6 liter/ menit.
  • Obat agonis B2 (salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau berbutiran 10 mg) inhalasi nebulasi. Pemberian dapat diulang setiap 20 menit sampai satu jam. Agonis B2 dapat diberikan secara subkutan atau disuntikkan intra vena (iv) dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan.
  • Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kg BB. Jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam terakhir.
  • Kortikosteroid/ hidrokortison 100-200 mg iv.
Respons terapi awal baik jika :
  • respons menetap selama 60 menit setelah pemberian obat
  • Pemeriksaan fisik normal
  • Arus puncak ekspirasi (APE) >70%
  • Apabila respons tidak baik, sebaiknya pasien dirawat dirumah sakit.
Terapi asma untuk berbagai tingkat keparahan :
  • Asma ringan agonis B2 inhalasi atau oral sebelum aktivitas atau terpapar alergen
  • Asma sedang, berikan obat antiradang setiap hari dan agonis B2 inhalasi bila diperlukan.
  • Asma berat: berikan steroid inhalasi setiap hari, teofilin lepas lambat, atau agonis B2 kerja lama, sterodi oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis B2 inhalasi sesuai kebutuhan.
Terapi asma jangka panjang :
Asma persisten
  • Tidak diperlukan obat pengontrol
  • Berikan obat pelega berupa bronkodilator aksi cepat (agonis 2 beta inhalasi) serta agonis beta 2 inhalasi atau kromolin ssebelum aktivitas  atau terpapar alergen.
Asma persisten ringan 
  • Obat pengontrol (harian) dapat diberikan, yaitu inhalasi kortikosteroid 200-500 ug atau kromolin, nedokromil, atau teofilin lepas lambat. Obat-obatan ini dapat ditingkatkan hingga 800 ug atau ditambahkan bronkodilator kerja lama, terutama untuk penderita asma yang sering mengalami serangan pada malam hari. Dapat juga diberikan agonis beta 2 aksi lama inhalasi.
  • Bila dibutuhkan obat pelega dapat diberikan inhalasi agonis beta 2 kerja cepat, 3-4 kali sehari.
Asma persisten sedang 
  • Obat pengontrol (harian) dapat diberikan, yaitu inhalasi kortikosteroid 800-2000 ug serta bronkodilator kerja lama, terutama pada penderita asma yang sering mengalami serangan pada malam hari. Berikan agonis beta 2 aksi lama dalam bentuk inhalasi/ oral, atau teofilin lepas lambat.
  • Bila diperlukan obat pelega, berikan agonis beta 2 kerja cepat, 3-4 kali sehari.
Asma persisten berat 
  • Obat pengontrol (harian) dapat diberikan yaitu inhalasi kortikosteroid 800-2000 ug atau lebih serta bronkodilator kerja lama berupa agonis  beta 2 aksi lama dalam bentuk inhalasi/ oral, atau teofilin lepas lambat. Selain itu, juga dapat ditambahkan kortikosteroid oral.
  • Asma Pada Anak

    Gejala awal asma pada anak-anak bisa berupa rasa gatal didada atau dileher. Batuk kering di malam hari atau ketika berolahraga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga menimbulkan rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan banyak berkeringat.
    Pada serangan yang sangat berat, penderita mengalami kesulitan untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali), dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan.
    Meskipun telah mengalami serangan hebat, biasanya penderita akan sembuh. Kadang beberapa alveloi (kantong udara di paru-paru) bisa di pecah dan menyebabkan pengumpulan udara didalam rongga pleura atau disekitar organ dada, dan hak ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas, yaitu sesak napas, batuk, dan napas berbunyi (mengi). Untuk memperkuat diagnosis bila dilakukan pemeriksaan paru dengan spirometri berulang.
    Menentukan faktor pemicu amsa seringkali tidak mudah. Tes uji kulit bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya serangan asma yang disebabkan oleh alergi. Tes uji kulit, dilakukan untuk mengetahui uji kerentanan dengan uji tusuk kulit, dilakukan guna menemukan IgE spesifik di kulit.
    Jika diagnosisinya masih meragukan atau dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka dapat dilakukan bronchial challenge test. Uji provokasi dengan menyemprotkan suatu alergen atau bahan yang dapat menyebabkan pengerutan otot polos saluran napas, seperti histamine atau metakolin melalui mulut atau hidung. Hasil dikatakan positif jika terjadi penurunan fungsi paru yang berarti, atau bahkan sampai timbul asma.
    Pemeriksaan darah dilakukan guna menemukan jenis IgE terhadap alergen spesifik. Foto rontgent paru dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain dengan gejala batuk atau sesak napas, seperti TBC.

    Pencegahan Asma


    Penderita asma tidak perlu malu atau rendah diri. Meskipun sulit untuk disembuhkan, penderita asma dapat hidup normal.
    Pencegahan terhadap asma dapat dilakukan dengan cara merawat dan menjaga diri sebaik mungkin, terutama menghindari pencetus serangan asma seperi lelah fisik, dan gangguan emosional yang serius.
    Asma bisa diatasi dengan meminum teh rempah agar badan terasa hangat. Hal ini bertujuan untuk mencegah serangan asma sebelum atau menjelang pagi saat udara mulai dingin. Jangan melakukan aktivitas atau olahraga berat yang dapat memicu munculnya serangan sesak napas. Olaharga ringan tetapi teratur akan meningkatkan kesegaran fisik, serta membuat otot jantung dan paru menjadi lebih kuat.

    Hindari debu, asap rokok, udang, telur, kepiting dan terasi yang diduga sebagai pemicu utama penyakit asma. Untuk menghindari emosi yang tidak terkontrol, stres atau depresi, jangan memikirkan hal-hal yang terlalu berat karena akan dapat memicu serangan asma. Konsumsilah sayur dan buah, serta hindari makanan dan minuman yang mengandung zat pewarna, zat pengawet, dan gula sintetis.
    Mengonsumsi sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup secara teratur akan memprkuat daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit. Intinya, anda harus selalu waspada mengantisipasi terjadinya serangan. Mengatasi serangan asma dengan cepat adalah langkah terbaik, sedangkan menunda pengobatan berarti akan menambah berat derajat serangan.

    Penyakit Asma

    Vonis sebagai penyandang asma atau bengek, sepertinya menjadi sebuah lebel penyakit yang akan melekat seumur hidup.
    Penderitanya seakan harus pasrah pada serangan sesak napas, batuk-batuk, dan bengek yang muncul sewaktu-waktu.
    Meski tidak dikategorikan sebagai penyakit menular, penyakit asma ini termasuk ke dalam salah satu penyakit kronis yang menyiksa dan sulit disembuhkan.
    Terlebih lagi kondisi ini didukung oleh rendahnya pengetahuan, pemahaman, serta kesadaran penderita asama untuk memiliki motivasi agar bisa menjadi orang yang sehat.
    Serangan asam bisa menurunkan produktivitas dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan mengakibatkan kematian pada penderita.
    Padahal penyakit ini bisa dikontrol bila npenderita mau menjalani terapi yang tepat disertai olahraga yang tepat dan teratur.



    Asma adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh gangguan pernapasan karena adanya faktor alergi yang bersifat hilang dan timbul, fluktuatif, dan individual. Asma merupakan gejala yang timbul akibat adanya reaksi saluran pernapasan terhadap barang-barang perangsang.
    Reaksi ini menimbulkan sel-sel peradangan, akibatnya timbul penyempitan di saluran pernapasan, perdangan kronis saluran napas, serta hiperresponsif saluran napas. Serangan asma kerap membuat penderitanya mengalamiu siksaan hebat karena napasnya menjadi sedemikian berat.
    Asma dibedakan menjadi dua macam, yakni asma kardial yang berhubungan dengan kelainan jantung, dan asma bronkial (intrinsik dan ekstrinsik) yang merupakan penyakit saluran pernapasan. Jenis kedua ini penderitanya jauh lebih banyak. Penderita asma bronkial ekstrinsik, biasanya hipersensitif dan hiperaktif terhadap bermacam rangsangan dari luar seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, tungau, kapuk, asap, polusi udara,
    perubahan cuaca, stres, dan kelelahan.

    Pengobatan Asma

    Pengobatan yang dilakukan tidak hanya diberikan apabila sedang kambuh sesak napasnya, melainkan sampai kita dapat mengendalikan sesak napas penderita dalam jangka lama. Cara-cara pengobatan/pencegahan harus dimasyarakatkan baik dikalangan medis maupun penderita asma dan keluarga. Yang penting harus ada hubungan yang erat antara dokter atau tenaga medis lainnya dengan penderita asma serta keluarga sehingga dapat terjalin kerjasama dalam pengelolaan penyakit ini.l.
    Satu hal yang mungkin perlu disadari bahwa asma itu penyakit menahun (kronis). Karena itu mengharuskan penderita berobat dengan baik dan menurut aturan. Karena menahun maka pengobatan yang juga pengobatan menahun, tidak hanya merupakan pengobatan terhadap serangan kambuhan akut saja. Jadi penderita asma harus melakukan pengobatan jangka pajang (menahun) atau perlu memakai obat tiap hari. Disamping itu harus ada sediaan pengobatan untuk kambuhan akut.
    Meskipun asma tidak dapat disembuhkan, tetapi bila dikelola secara baik sebelum meningkat kepada berikutnya, fungsi paru-paru pasien akan dapat diperbaiki sampai tingkat maksimal.




    Cara berobat yang dianjurkan adalah mencegah serangan sesak napas, bukan mengobati serangan asma. Mencegah, bukan berarti menghilangkan perasaan sesak. Yang penting adalah berusaha untuk memperbaiki fungsi paru-paru semaksimal mungkin. Dengan cara pengobatan ini penderita asma akan hidup, bekerja dan berolahraga seperti orang lain.
    Dalam hal pengobatan asma ada beberapa hal yang perlu diingat, antara lain adalah : 1) Gunakanlah obat sesuai dengan anjuran dokter, bila perlu mintalah catatan tertulis kepada dokter tentang pengobatan itu; 2) Janganlah mengubah pengobatan tanpa konsultasi dengan dokter yang mengobati; 3) Jangan menghentikan pengobatan, pencegahan meskipun anak tidak mendapat serangan lagi; 4) Ketahuilah bahwa obat apa yang harus dicapai pada serangan mendadak. Oleh karena itu, obat tersebut harus selalu tersedia dilemari obat khusus
    5) Janganlah panik menghadapi serangan asma karena penyakit itu dapat memperburuk keadaan; 6) Jangan segan-segan menanyakan penjelasan dengan mengenai penyakit asma kepada dokter yang bisa merawat. Memang bila berkonsultasi haruslah dengan dokter yang sudah mengetahui jenis penyakit asma itu, usahakan jangan biasakan sering kali berganti-ganti dokter.

    Jenis – Jenis Penyakit Asma

    Penyakit asma adalah salah satu penyakit gangguan yang menyerang salah satu organ tubuh manusia yang sangat penting yakni paru-paru. Adapula penyakit asma ini dikenal sebagai penyakit sesak napas, sesak napas atau asma dapat berkembang menjadi suatu penyakit yang cukup kronis sebut saja panyakit terkait yang bisa ditimbulkan dari asma seperti sakit paru-paru basah, kanker paru-paru dan penyakit gangguan pernapasan lainnya.
    Gambar : Patofisiologi Penyakit Asma
    Berdasarkan penyebab dari timbulnya asma adalah serangan asma, gangguan asma yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis penyakit asma, diantaranya :

    1. Asma yang disebabkan oleh olahraga yang berlebih
    Asma yang menyerang pada anak-anak biasanya dipicu oleh serangan asma apabila melakukan suatu jenis olahraga atau aktivitas berat seperti berolahraga renang, berlari atau bersepeda. Asma yang menyerang anak-anak masih dapat ditolong dan diatasi dengan melakukan olahraga atau kegiatan fisik yang ringan yang tidak menimbulkan alergi berlebih yang menganggu pernapasan pada anak-anak.
    Asma yang menyerang pada anak memiliki resiko yang lebih fatal apabila tidak ditangani sejak dini. Peran para orang tua sangat mendukung dalam menghadapi dan mengatasi serangan asma pada anak. Bila anak memiliki asma para orang tua hendaknya selalu mengingatkan sang anak atau jangan terlupa membekali anak dengan obat semprot pereda asma (spray asthma) agar selalu dibawa kemanapun dia pergi.
    Guna menghindari timbulnya serangan asma mendadak, terutama disaat sang anak sedang bersekolah dan berolahraga peran orang tua untuk membekali obat asma bagi anak sangatlah penting. Meskipun sudah menggunakan obat spray asma dan masih memiliki kemungkinan mengalami serangan asma yang berlebih tetapi memiliki resiko yang lebih kecil daripada tidak menggunakan obat semprot asma sama sekali. Hal ini juga berlaku pada orang dewasa untuk tidak lupa selalu membawa obat pereda asma.
    2. Asma yang disebabkan karena alergi
    Asma sebagian besar menyerang anak sekitar 80 % pada usia dibawah 18 tahun dan 50 % pada orang dewasa. Diperkirakan sekitar 75-80 % asma yang diderita disebabkan oleh alergi tertentu. Penyebab asma pada anak sama halnya yang di derita pada orang dewasa. Jika pada anak yang menderita asma cenderung karena memiliki alergi sejak lahir adanya faktor genetik dari orangtua. Di dalam tubuhnya akan ditemukan kadar tinggi dari antibodi alergi yakni Imunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE mudah mengenali alergen meski dalam jumlah paling kecil yang disebabkan oleh debu tungau yang kemudian bereaksi dan dilepaskan oleh histamin yang membuat anak menjadi bersin-bersin, pilek, mata berair dsb.
    Bila anak bersin-bersin, pilek atau mata berair. Hal ini merupakan proses reaksi tubuh untuk melawan alergen yang masuk meskipun efek dari keluarnya histamin (penyebab alergi) dapat memicu serangan asma. Beberapa jenis alergi dari penyebab asma sebenarnya dapat diketahui secara dini dengan melakukan pemeriksaan khusus pada dokter ahli. Setelah diketahui penyebab pasti penyakit asma dari alergi, dokter akan memberikan suatu resep obat anti histamin (anti-alergi) untuk mencegah pelepasan histamin dalam tubuh atau pilihan pengobatan terapi asma yang disarankan dokter.

    Penyakit Asma Pada Anak

    Menurut informasi yang diperoleh Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004, Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten (menetap). Asma yang mendera pada anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
    1. Asma pada anak terkadang timbul secara episodik
    2. Asma pada anak biasanya timbul ketika malam hari (Nokturnal)
    3. Asma timbul secara musiman
    4. Biasanya asma muncul usai sang anak melakukan kegiatan fisik, seperti berolahraga, bermain, dsb.
    5. Memiliki faktor genetik dari orang tua yang memiliki riwayat penyakit asma
    Menurut Global Initiative for Asthma (GINA,2006), Asma memiliki tingkat keparahan, antara lain :

    a. Intermiten
    b. Persisten ringan
    c. Persisten sedang
    d. Persisten berat
    Sedangkan menurut konsensus Pediatri Internasional III (1998) asma tebagi dalam 3 fase, diantaranya :
    a. Asma episodik jarang
    b. Asma episodik sering
    c. Asma persisten
    Gambar skema saluran pernapasan pada anak penderita asma
    Etiologi dari penyebab asma
    Penyebab dari asma pada anak disebabkan oleh adanya faktor keturunan yang kebanyakan menjadi suatu alasan penting asma bisa menurun pada anak. Saat ini diketahui ada sekitara 80 gen yang berhubungan dengan asma, yang slah satunya adalah gen ADAM-33 (a disintegrin and metalloprotease-33), gen ini ditemukan sekitar tahun 2002. Selain faktor keturunan yang menyebabkan asma banyak faktor lainnya asma bisa menyerang pada anak.
    Epidemiologi Asma
    Prevalensi dari total penderita asma di seluruh negara belahan dunia diperkirakan ada 7,2 % (6 % diantaranya di derita pada orang dewasa dan 10 % lainnya pada anak).Hasil prevalensi tersebut tentunya bervariasi pada masing-masing penderita asma. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3 % penderita asma yang mendera pada anak dengan kisaran usia 6-7 tahun, dan 5,2 % pada usia 13-14 tahun.
    Berdasarkan survei dari Laporan National Center for Health Statistics atau NHCS pada tahun 2003, prevalensi serangan asama yang mendera pada anak usia 0-17 tahun sebanyak 57 per 1000 dari jumlah total anak sekitar 4,2 juta jiwa dan pada orang dewasa diatas usia 18 tahun diperkirakan sekitar 38 per 1000 (dari jumlah orang dewasa sekitar 7,8 juta jiwa). Asma lebih sering menyerang pada wanita dibanding pria.
    Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organizition (WHO) mencatat ada sekitar 250.000 orang yang meninggal akibat penyakit asma. Sedangkan pada tahun 2000 berdasarkan laporan NCHS ada sekitar 4487 orang yang meninggal akibat asma atau 1,6 per 100 ribu dari jumlah penduduk. Namun fakta yang ditemukan ternyata kematian seseorang yang disebabkan oleh asma jarang terjadi pada anak.
    Berikut adalah faktor resiko atau penyebab yang melatar belakangi terjadinya serangan asma, kejadian asma dilihat dari tingkat keparahan asma itu sendiri berat atau ringan asma yang di derita yang kemudian dapat mengakibatkan kematian akibat serangan dan penyakit asma, antara lain :
    1. Jenis kelamin
    Jika dilihat dan diamati penyakit asma lebih tinggi di derita oleh anak laki-laki dibanding anak perempuan.
    2. Usia
    Jika diamati dari faktor usia penyakit asma timbul kali pertama pada awal usia seseorang yakni pada tahun-tahun pertama awal kehidupan sekitar 0-17 tahun. Namun penyakit asma baru akan terdeteksi atau diketahui bila melalui pemeriksaan lebih lanjut pada dokter sekitar usia 4-8 tahun.
    3. Disebabkan adanya alergi
    Di Inggris dilaporkan bahwa anak usia 16 tahun yang memiliki riwayat asama atau mengi (bengek) akan mengalami serangan mengi (suara bengek) yang dapat terjadid 2x lipat lebig besar ditambah apabila anak pernah mengalami hay fever, rinitis alergi, atau eksema. Beberapa laporan lainnya juga membuktikan bahwa sensitifitasi dari alergi yang diakibatkan oleh alergen inhalan, susu, telur atau kacang pada tahun pertama kehidupan dapat menjadi indikator penyebab timbulnya penyakit asma.
    4. Lingkungan
    Beberapa penderita asma yang disebabkan oleh alergi yang dapat meningkatkan resiko anak menderita asma, antara lain : serpihan atau virus dari bulu binatang peliharaan, tungau debu rumah, jamur/bakteri dan serangga.
    5. Ras
    Prevalensi asma dan kejadian dari serangan asma lebih banyak atau lebih tinggi terjadi pada mereka yang memiliki ras kulit hitam dibanding yang memiliki kulit putih.
    6. Asap rokok
    Asma juga bisa terjadi pada mereka yang dikatakan seorang perokok. Karena resiko terserang asma lebih besar dan lebih tinggi pada seorang perokok dibanding dengan mereka yang tidak merokok.
    7. Polusi udara
    Polusi udara seperti molekul atau partikel-partikel halus yakni debu di jalan raya, nitrat dioksida, karbon monoksida, atau SO2, diduga berperan meningkatkan gejala asma, namun belum didapatkan bukti yang disepakati.
    8. Infeksi saluran pernafasan
    Infeksi RSV (respiratory syncytial virus) atau yang dikenal ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan) yang merupakan faktor resiko utama yang menyebabkan timbulnya penyakit asma yang umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun. Sedangkan infeksi virus berulang yang tidak menyebabkan infeksi saluran pernafasan bawah dapat memberikan perlindungan pada anak terhadap asma.
    Berikut tanda atau pola perilaku pada anak atau balita yang menderita asma dilihat dari tingkat keparahan asma yang diderita, sebagai berikut :
    1. Jika mengalami serangan asma ringan, anak memiliki ciri atau pola perilaku, seperti :
    - Anak tampak sesak saat berjalan.
    - Pada bayi: menangis keras.
    - Posisi anak: bisa berbaring.
    - Dapat berbicara dengan kalimat.
    - Kesadaran: mungkin irritable.
    - Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
    - Mengi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi.
    - Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
    - Retraksi interkostal dan dangkal.
    - Frekuensi nafas: cepat (takipnea).
    - Frekuensi jalannya urat nadi: normal.
    - Tidak ada pulsus paradoksus (< 10 mmHg) – SaO2 % > 95%.
    - PaO2 normal, biasanya tidak perlu diperiksa.
    - PaCO2 < 45 mmHg 2. Jika mengalami serangan asma sedang, dengan ciri perilaku, seperti : – Anak tampak sesak saat berbicara. – Pada bayi: menangis pendek dan lemah, sulit menyusu/makan. – Posisi anak: lebih suka duduk. – Dapat berbicara dengan kalimat yang terpenggal/terputus. – Kesadaran: biasanya irritable. – Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). – Mengi nyaring, sepanjang ekspirasi ± inspirasi. – Biasanya menggunakan otot bantu pernafasan. – Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya sedang. – Frekuensi nafas: cepat (takipnea). – Frekuensi nadi: cepat (takikardi). – Ada pulsus paradoksus (10-20 mmHg) – SaO2 % sebesar 91-95%. – PaO2 > 60 mmHg.
    - PaCO2 < 45 mmHg 3. Jika mengalami serangan asma berat tanpa disertai napas yang tiba-tiba berhenti : – Anak tampak sesak saat beristirahat. – Pada bayi: tidak mau minum/makan. – Posisi anak: duduk bertopang lengan. – Dapat berbicara dengan kata-kata. – Kesadaran: biasanya irritable. – Terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). – Mengi sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi. – Menggunakan otot bantu pernafasan. – Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya dalam, ditambah nafas cuping hidung. – Frekuensi nafas: cepat (takipnea). – Frekuensi nadi: cepat (takikardi). – Ada pulsus paradoksus (> 20 mmHg)
    - SaO2 % sebesar < 90 %.
    - PaO2 < 60 mmHg. – PaCO2 > 45 mmHg
    2. Jika mengalami serangan asma berat yang disertai ancaman henti nafas:
    - Kesadaran: kebingungan.
    - Nyata terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
    - Mengi sulit atau tidak terdengar.
    - Penggunaan otot bantu pernafasan: terdapat gerakan paradoks torakoabdominal.
    - Retraksi dangkal/hilang.
    - Frekuensi nafas: lambat (bradipnea).
    - Frekuensi nadi: lambat (bradikardi).
    - Tidak ada pulsus paradoksus; tanda kelelahan otot nafas.
    Kecepatan atau frekuensi nafas pada anak sadar, jika dilihat dari segi usia :
    a. Pedoman nilai baku frekuensi nafas pada anak sadar:
    Usia Frekuensi nafas normal :
    < 2 bulan < 60 x / menit
    2 – 12 bulan < 50 x / menit
    1 – 5 tahun < 40 x / menit
    6 – 8 tahun < 30 x / menit
    b. Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak
    Usia Frekuensi nadi normal :
    2 – 12 bulan < 160 x / menit
    1 – 2 tahun < 120 x / menit
    3 – 8 tahun < 110 x / menit

    Penatalaksanaan Asma

    Dalam mengatasi dan mencegah asma paling tidak meminimalisir terjadinya serangan asma secara tiba-tiba, kita perlu mengetahui bagaimana tata pelaksanaan dalam menanggani asma itu sendiri terutama yang banyak terjadi pada anak.
    Pencegahan dan mengatasi asma dengan melakukan beberapa Terapi Asma, antara lain :
    1. Terapi Medikamentosa

    a. Pada serangan asma ringan, dapat diberikan obat pereda asma (reliever) yang berupa beta agonis secara inhalasi/oral atau adrenalin 1/1000, subkutan 0,01 ml/kg, berat badan/kali dengan dosis maksimal 0,3 ml/kali.
    b. Pada serangan asma sedang, diberikan obat seperti di atas ditambah dengan pemberian oksigen, cairan intravena, kortikosteroid oral, dan dirawat di ODC (one day care) atau ruang rawat inap sehari.
    c. Pada serangan asma berat, selain obat di atas, dilakukan pemberian aminofilin secara inisial dan rumatan. Kortikosteroid dapat diberikan secara intravena. Steroid oral dengan dosis 1-2 mg/kg berat badan/hari dibagi 3 diberikan selama 3-5 hari. Steroid yang dianjurkan adalah prednison dan prednisolon.
    2. Terapi Suportif
    Pengobatan atau terapi dengan peralatan yang mendukung dna lengkap pada serangan asma sangat diperlukan. Dalam kondisi tertentu bila terjadi komplikasi asma berupa dehidrasi, asidosis metabolik atau atelektasis akan segera dilakukan antisipasi yang tepat untuk mengatasinya. Pada kondisi yang khusus, misalnya adanya gangguan secara fisik, maka dibutuhkan peran prsikolog atau psikiater anak untuk meredam stress yang menjadi salah satu faktor penyebab serangan asma.
    C. Terapi Bedah
    Umumnya tindakan dengan terapi bedah ini tidak perlu dilakukan bahkan jarang sekali dilakukan, dalam hal ini guna dari terapi bedah adalah untuk mencegah terjadi komplikasi berupa Pneumotoraks yakni sejenis gangguan kesehatan pada fungsi paru-paru bila pada anak atau orang dewasa dikenal dengan sakit paru-paru basah. Dalam kondisi yang seperti ini diperlukan pungsi dan bila perlu dilakukan pemasangan WSD (water seal drainage) dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari pleura (selaput atau membran pembungkus paru-paru).
    Berikut ini ada obat macam-macam steroid dengan berbagai merek dagang dan dosis dalam penggunaan obat steroid ini yang digunakan untuk mengatasi serangan asma. Namun ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis penyakit pada anak, sebelum menggunakan obat steroid ini
    A. Steroid oral
    1. Prednisolon (nama generik)
    Nama dagang: medrol, medixon, lameson, urbason.
    Sediaan: tablet 4 mg.
    Dosis: 1-2 mg/kg berat badan/hari tiap 6 jam.
    2. Prednison (nama generik)
    Nama dagang: hostacortin, pehacort, dellacorta.
    Sediaan: tablet 5 mg.
    Dosis: 1-2 mg/kg berat badan/hari tiap 6 jam.
    3. Triamsinolon (nama generik)
    Nama dagang: kenacort.
    Sediaan: tablet 4 mg.
    Dosis: 1-2 mg/kg berat badan/hari tiap 6 jam.
    B. Steroid injeksi (suntikan)
    1. M. Prednisolon suksinat (nama generik)
    Nama dagang, sediaan, dosis, jalur:
    - Solu-Medrol, vial 125 mg, 30 mg/kgBB dalam 30 menit (dosis tinggi) tiap 6 jam, IV/IM.
    - Medixon, vial 500 mg, 30 mg/kgBB dalam 30 menit (dosis tinggi) tiap 6 jam, IV/IM.
    2. Hidrokortison suksinat (nama generik)
    Nama dagang, sediaan, dosis, jalur:
    - Solu-Cortef, vial 100 mg, 4 mg/kgBB/kali tiap 6 jam, IV/IM.
    - Silacort, vial 100 mg, 4 mg/kgBB/kali tiap 6 jam, IV/IM.
    3. Deksametason (nama generik)
    Nama dagang, sediaan, dosis, jalur:
    - Oradexon, ampul 5 mg, 0,5-1 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6-8 jam, IV/IM.
    - Kalmetason, ampul 4 mg, 0,5-1 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6-8 jam, IV/IM.
    - Fortecortin, ampul 4 mg, 0,5-1 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6-8 jam, IV/IM.
    - Corsona, ampul 5 mg, 0,5-1 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6-8 jam, IV/IM.
    4. Betametason (nama generik)
    Nama dagang, sediaan, dosis, jalur:
    - Celestone, ampul 4 mg, 0,05-0,1 mg/kgBB tiap 6 jam, IV/IM.

    Penyebab Asma

    Untuk mengetahui seseorang diserang penyakit bengek atau asma sangat mudah diketahui. Penyakit ini sering terjadi karena faktor psikis, mereka merasa kurang perhatian bila sedang menderita bengek.
    Faktor penyebab lainnya bisa debu, asap rokok, salesma, atau bau-bauan, bahan kimia, udara dingin, cuaca lembab, obat, emosi, makanan, dan kegiatan fisik lainnya. Penyebab lain bisa juga karena bau bensin dan eksim.

    Penyakit asma sering juga disebabkan oleh adanya peradangan alat pernapasan yang cara penyebabnya belum sepenuhnya diketahui.

    Penyaluran penyakit ini cenderung progresif artinya makin lama makin berat diselingi masa-masa tenang dan kumat, kecuali bila dilakukan pengelolaan sebaik-baiknya sejak awal penyakit ini timbul.
    Serta diusahakan tidak terjadi serangan serta memburuknya penyakit.
    Penderita dan keluarganya harus mengetahui faktor-faktor penyebab asma itu. Baik yang menyebabkan peradangan saluran napas atau yang menyebabkan penyempitan saluran napas.
    Faktor penyebab utama antara lain adalah :
    1). Debu rumah, jamur, tepung sari bunga, bulu binatang, selimut wol, tempat tidur dari kapas (kapuk)
    2). Emosi stres
    3). Infeksi virus, bakteri
    4). Zat makanan, udang, cumi-cumi, susu, telur, dan sebagainya.
    5). Zat kimia, obat nyamuk, asap rokok, asap kompor, asap dapur, perubahan cuaca
    6). Pilek, kegiatan jasmani
    7). Obat aspirin, penisilin
    Masyarakat harus mengenal pemicu mana yang menimbulkan serangan asma pada seseorang karena selain obat asma, mereka harus menghindarkan pemicu-pemicu tadi.

    Gejala Asma

    Serangan-serangan sesak napas karena asma sering kali menyebabkan penderita baik dewasa maupun anak-anak tidak dapat hidup seperti orang lain sehingga kualitas hidupnya berbeda dengan orang normal.
    Mereka tidak bisa keluar rumah dengan leluasa, tidak bisa bermain seperti anak-anak lain, bila sudah dewasa tidak bisa bekerja bebas seperti orang normal sehingga lebih banyak murung diri.
    Kadang-kadang orang sekitarnya menjadi ragu apakah penyakit yang diderita orang itu penyakit asma atau tidak. Dengan banyaknya gejala asma bisa dikenal dengan mudah dan jelas, antara lain penderita terlihat seringkali sesak napas, dan waktu mengeluarkan napas terdengar bunyi.
    Kadang-kadang gejala asma tidak selalu sesak napas dan berbunyi seperti itu. Jadi variasi dari penyakit asma cukup luas, mulai dari penderita yang merasa sehat sampai kepada penderita mendapat serangan sesak napas berat sehingga harus dirawat druang ICU (Intensive Care Unit)
    Idealnya semua orang mengenal gejala penyakit asma. Pengertian asma paling sering terdapat pada keluarga yang alergi.
    Anggota keluarga tadi ada yang menderita penyakit eksim atau alergi lainnya. Jenis asma yang lain, penderitanya tidak alergi. Namun jenis asma ini tidak banyak penderitanya. Karena itu, anggota keluarga demikian sebaiknya mengenal gejala asma supaya dapat mencegah timbulnya penyakit asma.




    Kelainan utama pada penderita asma adalah peradangan saluran napas yang dapat memunculkan dua gejala pokok, yaitu:
    1) Peradangan saluran napas yang menyebabkan sesak napas. Keadaan ini membuat udara sukar keluar sehingga penderita merasa sesak. Apalagi bila hal ini di sertai pembengkakan saluran napas dengan mengeluarkan lendir yang berlebihan. Saluran napas akan lebih sempit lagi karena banyaknya lendir itu.
    2) Kenaikan kepekaan saluran napas, saluran ini amat peka terhadap berbagai rangsangan. Sedikit saja terdapat perangsangan, seperti asap rokok, obat nyamuk, penderita langsung bersin, batuk atau sesak napas.
    Untuk mengetahui apakah penyempitan saluran napasnya masih ada, berkurang, atau sudah normal, bisa diukur dengan alat ukur “flow meter”. Bila perasaan sesak napasnya sering, belum tentu parunya yang teradang. Gejala lain yang sering dilupakan penderita adalah kenaikan kerentanan sesak napas. Penderita penyakit asma sangat peka terhadap perangsangan. Bila ia menghisap asap rokok saja misalnya, atau asap obat nyamuk, penderita akan merasa sesak atau batuk-batuk.
    Gejala kerentanan yang naik tadi akan berkurang.

    Pencegahan Asma

    Masyarakat harus mengenal pemicu mana yang dapat menimbulkan serangan asma pada seseorang karena selain obat asma, mereka harus menghindarkan pemicu-pemicu tadi.
    Ada berapa cara yang dapat dipakai untuk mendeteksi pemicu tadi. Cara itu antara lain adalah :
    a) Adakah serangan timbul pada waktu tertentu ?
    b) Apakah serangan timbul bila bermain dengan binatang peliharaan tertentu atau bila ada kecoa? Dan apakah serangan tidak timbul apabila jauh dari binatang-binatang tersebut?
    c) Apakah serangan timbul bila bila banyak debu atau seang membersihkan debu?

    d) Apakah serangan timbul setelah olahraga atau latihan ? Latihan macam apa ?
    e) Apakah serangan timbul bila kena pilek atau flu ?
    f) Apakah serangan timbul setelah olahraga atau latihan ?
    g) Apakah serangan timbul apabila anak terlalu gembira atau marah?
    h) Apakah timbulnya serangan berkaitan dengan cuaca, udara dingin, udara yang sangat kering, atau lembab?
    i) Apakah serangan timbul bila disekitar anak tersebut ada yang merokok, polusi udara lain, atau obat nyamuk, asap daur, minyak wangi, pengecat rambut, inteksida, dan lain-lain.



    Dengan memperhatikan semua kemungkinan yang dapat memicu timbulnya serangan itu, misalnya dengan membuat daftar dan mencatat serangan, diharapkan pemicu dapat dihindari, sehingga serangan tidak terjadi.
    Disamping itu sangat dianjurkan untuk mengenal dan menghindari faktor penyebab asma. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah mengatasi psikologis, misalnya mengurangi kecemasan, meningkatkan kepercayaan pada diri dan menganjurkan penguasaan pribadi terhadap asma.
    Asma dapat menimbulkan reaksi psikologis. Penderita tanpa gangguan psikologis bagaimanapun akan mengalami stres, depresi, frustasi, rendah diri karena menderita asma, gangguan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Adanya faktor itu diketahui dan didiskusikan dengan yang bersangkutan secara langsung atau dikomunikasikan kepada seorang ahli jiwa.
    Pengelolaan asma harus sedemikian rupa sehingga penderita asma dapat hidup dan bekerja seperti orang lain.  Cara pengelolaan terbaik adalah dengan pengobatan atau pencegahan.








     

0 komentar:

Posting Komentar